SSC Tuatara Kembali Buktikan Dirinya Sebagai Mobil Produksi Tercepat di Trial Run

Mobilku.com - Beberapa bulan yang lalu, SSC sempat memicu kemarahan para netizen karena diduga memalsukan kecepatan milik hypercar Tuatara selama usahanya dalam memecahkan rekor mobil produksi tercepat di dunia.

Setelah banyak berbenah, kini SSC dikabarkan kembali mencoba untuk menembus batas kecepatan 460 km/h. Untuk mendukung upaya tersebut, para insinyur perusahaan saat ini juga sedang mengerjakan sistem pengaturan waktu yang lebih akurat dengan menggunakan peralatan dari Garmin, Racelogic dan International Mile Racing Association.

Tuatara diketahui telah mencatat rata-rata kecepatan dua arah 455 km/h selama preliminary run. Jika mengacu pada kecepatan tersebut, SSC sebenarnya telah mengalahkan rekor "mobil produksi tercepat" milik Koenigsegg Agera RS dengan kecepatan 445 km/h pada tahun 2017. Namun ternyata SSC tidak bisa terlalu bersantai, karena Bugatti Chiron SuperSport baru-baru ini mengalami peningkatan kecepatan hingga 490 km/h.

Namun sayangnya, rekor kecepatan milik Chiron tersebut hanya tercatat sebagai race satu arah. Padahal untuk secara resmi diakui sebagai rekor dunia, kecepatan tertinggi mobil harus dilakukan dalam dua kali perjalanan di landasan yang sama. Jadi rekor tersebut masih ada untuk diperebutkan.

Rekor kecepatan tertinggi SSC kali ini dilakukan oleh Dr. Larry Caplin, yang merupakan salah seorang pemilik Tuatara. Setelah berhasil melakukan percobaan, dia berkata: “Saya merasakan kekuatan penuh pada putaran terakhir. Saya senang bisa kembali dan menembus 482 km/h." Mungkin karena mobil pribadi, jadi sang pemilik tidak tanggung-tanggung mencobanya.

Melihat hasil uji yang dilakukan oleh Dr. Larry Caplin, Jerod Shelby selaku CEO SSC mengatakan: “Kali ini kami melakukan pendekatan yang berbeda dalam mempercepat mobil menuju kecepatan yang lebih tinggi. Larry Caplin, sebagai pemilik mobil, menggunakan gaya akselerasi 'drag race' selama pencatatan rekor. Dengan menggunakan setup tersebut, throttle akan ditarik secara penuh dan meningkatkan kecepatannya selama 40–50 detik.”

“Pada bulan Oktober lalu kami condong memiliki kecepatan yang jauh lebih lambat dan hanya menggunakan sekitar 20–25 detik throttle dan boost penuh selama berlari. Perbedaannya memang sangat mengesankan baik dari segi performa maupun pengoperasian. Larry telah berhasil melakukan percobaan yang jauh lebih sulit, setidaknya empat kali lipat lebih sulit daripada yang kami lakukan di Nevada,” tutup Shelby.